15 January 2007

Yakin Hanya Sifat Kasih Sayang Alalh Bisa Stress

Bismillahirrahmanirrahim

Menjalani hidup dengan memliki rasa keyakinan kepada Allah subhanahu wata’ala sangatlah penting sebagai media kontemplasi dalam relung kerohanian. Jika relung kerohanian itu hanya bertumpu kepada keyakinan pada sifat Rahman dan Rahim Allah subhanahu wata’ala saja akan menyebabkan stress. Hal ini karena sifat Rahman dan Rahim adalah kasih sayangNya yang ditimpakan kepada Makhluqnya. Maka, seandainya tidak mendapatkan kedua sifat tersebut dihawatirkan berkurangnya rasa keimanan dan keyakinan kepadaNya. Padahal sifat Allah subhanahu wata’ala selain rahman dan rahim ada sifat Al Maani’ [Maha menahan], dan Al Qadir [Maha berkuasa].

Sebagai ilustrasi bisa dikemukakan di sini: orang yang ditimpa cobaan terus menerus dalam hidupnya, kemudian menyebabkan ia merasa sulit dan pahit dalam menjalani hidup akan menuduh seolah-olah Allah tidak memberi karunia kasih sayangNya kepada kita. Bila kemudian cobaan ini berlangsung cukup lama misalnya karena kegagalan demi kegagalan dia akan putus asa. Barangkali akan bertanya : “Mana kasih sayang Allah, katanya Allah itu kasih dan sayang kepada makhluqnya, kok saya begini-begini terus”.

Dari pernyataan itu, lama-lama dikhawatirkan akan putus asa alias stress. Namun bila meyakini sifat selain rahman dan rahim, misalnya sifat Al Maani’ (Maha Menahan) akan melahirkan sifat optimisme dan rasa keberTuhanannya tetap berahan dalam dirinya. Keyakinan ini misalnya terungkap dalam kata-kata: “ooh mungkin Allah masih berkenan memberikan cobaan kepada saya, dan penderitaan ini akan terus menimpa saya untuk tujuan yang Allah sendiri lebih tahu.” Tentu saja, keyakinan ini tidak ada kaitannya dengan upaya untuk terus berusaha menyelesaikan masalah-masalah yang menimpanya.

Dalam kasus masalah ini, kita bisa belajar dari bagaimana daya tahan jiwa seorang Nabi Allah Ayyub alaihissalam. Ketika beliau ditimpa cobaan berupa penyakit kulit yang parah sekali, sehingga menyebabkan orang-orang sekampungnya mengusir Nabi Ayuub dan diasingkan dari keramaian penduduk karena takut penyakitnya menular. Dalam kitab Durratun Nasihiin menggambarkan bagaimana parahnya sakit kulit ini sampai-sampai ulat-ulat yang menggerogoti badannya menjadi teman sehari-hari. Suatu ketika jika beliau akan mengerjakan shalat, maka ulat-ulat ini disingkirkan terlebih dahulu, dan ketika selesai ulat ini dipersilahkan lagi untuk menempati luka-luka kulitnya.

Dalam abad modern sekarang ini, dimana berbagai cobaan tengah mendera setiap lini kehidupan, akan lebih arif jika kita tidak memfokuskan keyakinan iman kita kepada rasa kasih-sayang saja. Sejatinya, kita perlu memahami kembali nama-nama asmaul husna yang lebih luas lagi. Bahkan Allahpun memiliki sifat menyiksa, mencabut Maha Takabbur (al mukabbir), dan Maha Berkuasa dan lain-lain.

Akhirnya jangan sampai kemudian ketika mengaku sudah berdoa sangat lama kemudian berkata: saya sudah lama berdoa shalat tahajud tapi masih begini-begini saja….
Wallahu a’lam(MK)

No comments: