17 January 2007

Segara Lakukan TOBAT NASIONAL

Atas nama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH. Hasyim Muzadi menyerukan kepada bangsa Indonesia agar melakukan tobat nasional secara berjamaah. Sebab bencana alam dan bencana sosial yang datangnya bertubi-tubi di negara ini sudah diluar kemampuan manusia lagi untuk menghentikannya.

Demikian salah satu butir himbauan yang dibacakan Ketua Umum PBNU KH. Hasyim Muzadi di hadapan wartawan di Kantor PBNU, Jakarta, Selasa (16/1) yang lalu.

“Menjauhi perbuatan yang langsung atau tidak langsung menyebabkan murka Allah, seperti melakukan kezaliman, kepalsuan atau kepura-puraan, kebohongan, pengrusakan kehormatan dan martabat sesama, pengrusakan keseimbangan alam, korupsi/keserakahan, pengkhianatan hukum, pengkhianatan terhadap amanat, menelantarkan penderitaan rakyat kecil dan sebagainya,” Lanjut Hasyim meyakinkan.


Hasyim meminta seruan tersebut dapat disiarkan seluas-luasnya kepada seluruh rakyat Indonesia. Pasalnya, hal tersebut bukan hanya untuk kepentingan NU semata, melainkan untuk kepentingan dan keselamatan seluruh bangsa. “Ini tidak hanya untuk NU, tapi untuk bangsa Indonesia,” katanya.

Sebelumnya, PBNU menyerukan hal yang sama kepada warga nahdliyin (sebutan untuk warga NU). Pimpinan tertinggi organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Tanah Air itu meminta kepada seluruh nahdliyin untuk melakukan puasa sunnah tasu’a dan asyura yang dimulai dengan puasa sunnah mutlaqah sejak tanggal 1-10 Muharram 1428 H/20-30 Januari 2007. PBNU juga mengimbau sebanyak mungkin ber-istighfar dan membaca hauqolah (mohon kekuatan kepada Allah).

Hasyim menegaskan, segala persoalan yang menimpa bangsa Indonesia saat ini adalah akibat dari perbuatan dan kesalahan yang dilakukan bersama-sama. Oleh karenanya, untuk mengakhiri hal itu semua dan permohonan ampun terhadap Tuhan harus dilakukan secara bersama-sama pula.

“Koruptor kecil dikejar-kejar, sementara koruptor besar digelarkan karpet merah (tanda penghormatan), illegal logging, kelaparan jamaah haji, hilangnya pesawat Adam Air, kasus lumpur Lapindo yang sampai saat ini belum selesai, dan lain sebagainya, semuanya adalah kesalahan kolektif kita sebagai bangsa,” terang Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam, Malang, Jawa Timur itu.


Pernyataan dari Buntet
Ketika ajakan dan seruan KH. Hasyim Muzadi disampaikan kepada kyai Buntet, K. Aris Ni'matullah, salah satu kyai muda Buntet Pesantren menambahkan bahwa sebaiknya kita jangan menyalahkan pihak-pihak lain tetapi kembali kepada diri masing-masing. "haasibuu an tuhaasabu" hitung-hitunglah kesalahan kita sebelum menghitung kesalahan orang lain".

Seruan PBNU sebagaimana dalam situs nu online yang menghimbau kepada seluruh bangsa khususnya warga NU agar mengerjakan puasa puasa sunnah tasu’a dan asyura. "Ini sifatnya seruan atau ajakan karenanya tidak memaksana. Oleh karena itu hendaknya disusahakan sesuai kemampuan kita." lanjut K. Imat, salah satu pengurus Yayasan Pondok Buntet Pesantren. (rif/mk)