28 February 2007

A3H1 = Rumus Musibah

بسم الله الرحمن الرحيم وما يعلم جنود ربك إلا هو

"Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. (Al Muddatsir: 31)
Dari sekian banyak rakhmat Allah, hujan merupakan salah satunya. Siti 'Aisyah ra berkata: "Jika baginda Rasululah saw. melihat hujan, baginda akan berkata: Itu adalah rahmat.” Namun mengapa dari rakhmat berbentuk hujan itu kemudian berubah menjadi musibah banjir yang sampai saat ini masih berlangsung di Jakarta dan wilayah Indonesia lainnya dan diprediksi akan berlangsung lama.

Saat ini, saya sendiri dan semua warga yang terkena musibah masih merasakan dampak pisik dan psikologis dari musibah yang menimpa kita dan masih akan ada kemungkinan terkena musibah susulan dari dampak kebanjiran. Ternyata kita sebagai manusia tak bisa berkutik menghadapi tentara Allah berupa air hujan. Tak berbuat apa-apa selain menerima ujian ini dengan kesabaran.

Tentara AllahSebelumnya, musibah-musibah itu bak antrian panjang di bumi persada ini. Dari musibah yang terjadi beruntun ini paling tidak ada empat pemicunya. Mulai dari Air laut dan air hujan, ia bisa menjadi tsunami atau banjir bah jika berasal dari hujan. Kadang air itu meluap/menyembur ke permukaan bumi dan bercampur dengan lumpur atau api seperti di Porong, Sidoardjo dan Gunung Berapi di Yogyakarta. Kedua, Angin yang menerjang pesawat terbang hingga jatuh, angin puyuh, angin puting beliung, atau tornado yang bisa meluluhlantakkan rumah penduduk. Ketiga, Api yang membakar segala prasarana seperti pasar dan rumah. Keempat, Hama baik berupa virus flu burung (H5N1) atau nyamuk demam berdarah yang mematikan serta virus lain seperti HIV dan hama-hama lain yang menyerang tanaman dan penyakit.

Dalam buku-buku ulama salaf dikatakan bahwa keempat macam jenis pemicu musibah ini masuk dalam kategori tentara Allah yang kelihatan. Sebenarnya ada juga tentara Allah yang tidak tampak seperti "musawwimin" malaikat yang diturunkan Allah membela perang badar dan perang khandak.

Naskah (ayat) dalam Al Qur'an jelas menyebut bahwa Allah memiliki tentara yang memenuhi langit dan bumi. (Alfath: 7) Ketika perang Khandak, Allah pun menurunkan tentara berupa angin topan dan tentara yang tidak keliahatan yaitu malaikat. (Al Ahzab: 9) Tidak ada yang mengetahui tentara Allah melain¬kan Dia sendiri. (Al Muddatsir: 31). Angin juga merupakan tentara sebagaimana Rasul saw bersabda: "Aku ditolong oleh angin timur sedangkan kaum Ad dihancurkan oleh angin barat." (tafsir al Qurthubi)

روي سعيد بن جابر عن ابن عباس رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: نصرت بالصبا واهلكت عاد بالدَّبور

Air Hujan sebagai Sumber RezekiBermula dari rezeki namun berakhir petaka. Hal ini terjadi karena awalnya, Allah subhanahu wata'ala mengirim rezeki manusia salah satunya didatangkan dari tumbuh-tumbuh¬an. Ia bisa tumbuh dan berkembang di bumi karena air hujan. Planet lain tidak bertumbuh karena konon air tidak tersedia. Kujadikan air hujan itu diturunkan dari langit dan menjadikan buah-buahan sebagai rezekimu (Al Baqarah 22). Bumi yang gersangpun dengan dituruni hujan jadi subur (Al Baqarah 164). Allah mengeluarkan rezeki dari langit dan dari dalam bumi untuk manusia (An Naml 64, Faatir 3, Al Mu'min 13, Jatsiah 5).

Karenanya telah jelas sekali bahwa Allah menurunkan rezeki dari langit dan bumi otomatis semuanya rahmat. Lalu darimana sisi rakhmatnya. Awalnya rezeki kok terjadi musibah banjir di mana-mana.

Salah Menggunakan Rezeki
Rezeki yang begitu berlimpah dari air hujan menjadikan manusia kaya raya dan memiliki banyak uang. Namun karena salah menggunakan rezeki akhirnya berubah petaka. Misalnya, mengapa rezeki itu digunakan untuk maksiat; untuk membuat kerusakan (Al Baqarah 60); rezekinya tidak disyukuri (Ibrahim 7, Saba 15); untuk berfoya-foya; tidak ditasarufkan (disalurkan) kepada yang berhak (Mujadilah 13). Dan masih banyak ayat dan Hadits yang intinya memberi arahan agar jangan salah dalam menggunakan rezeki sebagai rakhmat Allah swt.

Akibat dari pengingkaran terhadap rakhmat Allah, maka jangan heran ketika tentara Allah terkumpul dalam rumus A3H1 (air, angin, api & Hama). Ia juga merupakan rakhmat namun menjadi mengamuk kepada manusia. Sebab tentara berupa air ini sudah disalahgunakan oleh manusia. Tentara lain seperti angin, api dan hama tentu akan mengamuk pula. Sebab ketiga tentara tersebut semuanya mendukung rakhmat Allah swt terhadap segala kenikmatan bagi manusia.

Air sebagai sumber kehidupan. Angin sebagai medium untuk membuat tumbuhan jadi berbuah dengan perantaraan putik sari pada bunga akan terjadi pekawinan dan menghasilkan buah-buahan dan biji-bijian. Hama dan hewan terbang lainnya, merupakan medium untuk mengantarkan kesuburan bagi tanaman dan bisa menghasilkan buah. Api sebagai tentara Allah swt bertugas untuk menjadikan rezeki berupa buah-buahan bisa dimatang¬kan dan sehingga bisa dinikmati oleh segenap manusia. Dengan api manusia bisa memperoleh buah yang bisa dimatangkan melalui kehangatannya. Api dalam listrik dan api dalam suhu udara merupakan akvitas yang nyata bagi kehangatan dan keramaian bumi.

Namun karena kesalahan manusia maka akhirnya tentara-tentara itu terindikasi mengamuk dan memperlihatkan powernya. Kini manusia hanya menerima kedahsyatan musibah tersebut. Bagi yang beriman memandang musibah sebagia cobaan dan bagi yang kufur akan mengumpat serta mengeluh dan berharap kasihan dari orang lain.

Musibahpun Menimpa Orang BerimanJika tentara Allah swt telah menunjukkan powernya, maka bumi terkesan rusak. Dampak dari musibah ini tidak saja menimpa orang-orang yang berbuat maksiat namun juga berdampak kepada orang-orang yang beriman. Peringatan ini sudah cukup jelas dalam ayat Al qur'an.

واتقوا فتنة لا تصيبن الذين ظلموا منكم خاصة واعلموا أن الله شديد العقاب (الأنفال 25

Artinya: "Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya." (Al Anfal: 25).

قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنَهْلِكُ وَفِينَا الصَّالِحُونَ قَالَ نَعَمْ إِذَا كَثُرَ الْخَبَثُ *

"Ya Rasulullah apakah kami akan terkena dampak fitnah musibah sedangkan kami orang-orang sholeh? Dijawab oleh Nabi: "Benar apabila ditemui banyak kemaksiatan".
Imam Al Qurthubi berkata: "Menurut ulama kami, jika fitnah telah beraksi maka rusak semuanya."
إذا انزل الله بقوم عذابا اصاب العذاب من كان فيهم ثم بعثوا على أعمالهم

"Jika Allah turunkan adzab, maka ia akan menimpa siapa saja kemudian Allah membangkitkan mereka berdasakan amal perbuatannya." Menurut penjelasanya, hadits ini menunjukkan bahwa kerusakan akan menimpa secara umum; bagi orang sholeh, tholih (rusak) dan orang dhlim. Namun ia merupakan pembersih bagi orang mukmin/shalih (tuhrotan lilmu'minin) dan merupakan balasan (nuqmatan) bagi orang fasiq.


Karena itu mari semuanya dikembalikan kepada Allah: Innalilahi wainna ilaihi raji'uun. Sesunggunya semuanya berasal dari Allah dan hendaklah dikembalikan kepada-Nya. Alam ini milik-Nya seyogyanya, mari kita rawat bumi dan segala isinya untuk rakhmatan lil 'alamin. Jangan sampai memancing tentara Allah menjadi marah.

Wallahu 'alam.

Sumber:
Al Qur'an Depag RI, Tafsir Jalalen, Tafsir Al Qurthubi, Tafsir Ibnu katsir, Kutubussittah, Al Bayan Hadits Shoheh.

Catatn Penulis: Diizinkan mengutip, menyadur, menyalin, menyebar luaskan tulisan ini untuk tujuan apapun. Namun mohon dikoreksi terlebih dahulu, dengan teliti sebab bisa jadi terdapat banyak kesalahan: salah tulis, salah kutip, salah kesimpulan, salah menyadur juga bisa jadi banyak perbedaan pendapat karena keterbatasan pengetahuan penulis.

H

بسم الله الرحمن الرحيم وما يعلم جنود ربك إلا هو

"Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. (Al Muddatsir: 31)
Dari sekian banyak rakhmat Allah, hujan merupakan salah satunya. Siti 'Aisyah ra berkata: "Jika baginda Rasululah saw. melihat hujan, baginda akan berkata: Itu adalah rahmat.” Namun mengapa dari rakhmat berbentuk hujan itu kemudian berubah menjadi musibah banjir yang sampai saat ini masih berlangsung di Jakarta dan wilayah Indonesia lainnya dan diprediksi akan berlangsung lama.

Saat ini, saya sendiri dan semua warga yang terkena musibah masih merasakan dampak pisik dan psikologis dari musibah yang menimpa kita dan masih akan ada kemungkinan terkena musibah susulan dari dampak kebanjiran. Ternyata kita sebagai manusia tak bisa berkutik menghadapi tentara Allah berupa air hujan. Tak berbuat apa-apa selain menerima ujian ini dengan kesabaran.

Tentara AllahSebelumnya, musibah-musibah itu bak antrian panjang di bumi persada ini. Dari musibah yang terjadi beruntun ini paling tidak ada empat pemicunya. Mulai dari Air laut dan air hujan, ia bisa menjadi tsunami atau banjir bah jika berasal dari hujan. Kadang air itu meluap/menyembur ke permukaan bumi dan bercampur dengan lumpur atau api seperti di Porong, Sidoardjo dan Gunung Berapi di Yogyakarta. Kedua, Angin yang menerjang pesawat terbang hingga jatuh, angin puyuh, angin puting beliung, atau tornado yang bisa meluluhlantakkan rumah penduduk. Ketiga, Api yang membakar segala prasarana seperti pasar dan rumah. Keempat, Hama baik berupa virus flu burung (H5N1) atau nyamuk demam berdarah yang mematikan serta virus lain seperti HIV dan hama-hama lain yang menyerang tanaman dan penyakit.

Dalam buku-buku ulama salaf dikatakan bahwa keempat macam jenis pemicu musibah ini masuk dalam kategori tentara Allah yang kelihatan. Sebenarnya ada juga tentara Allah yang tidak tampak seperti "musawwimin" malaikat yang diturunkan Allah membela perang badar dan perang khandak.

Naskah (ayat) dalam Al Qur'an jelas menyebut bahwa Allah memiliki tentara yang memenuhi langit dan bumi. (Alfath: 7) Ketika perang Khandak, Allah pun menurunkan tentara berupa angin topan dan tentara yang tidak keliahatan yaitu malaikat. (Al Ahzab: 9) Tidak ada yang mengetahui tentara Allah melain¬kan Dia sendiri. (Al Muddatsir: 31). Angin juga merupakan tentara sebagaimana Rasul saw bersabda: "Aku ditolong oleh angin timur sedangkan kaum Ad dihancurkan oleh angin barat." (tafsir al Qurthubi)

روي سعيد بن جابر عن ابن عباس رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: نصرت بالصبا واهلكت عاد بالدَّبور

Air Hujan sebagai Sumber RezekiBermula dari rezeki namun berakhir petaka. Hal ini terjadi karena awalnya, Allah subhanahu wata'ala mengirim rezeki manusia salah satunya didatangkan dari tumbuh-tumbuh¬an. Ia bisa tumbuh dan berkembang di bumi karena air hujan. Planet lain tidak bertumbuh karena konon air tidak tersedia. Kujadikan air hujan itu diturunkan dari langit dan menjadikan buah-buahan sebagai rezekimu (Al Baqarah 22). Bumi yang gersangpun dengan dituruni hujan jadi subur (Al Baqarah 164). Allah mengeluarkan rezeki dari langit dan dari dalam bumi untuk manusia (An Naml 64, Faatir 3, Al Mu'min 13, Jatsiah 5).

Karenanya telah jelas sekali bahwa Allah menurunkan rezeki dari langit dan bumi otomatis semuanya rahmat. Lalu darimana sisi rakhmatnya. Awalnya rezeki kok terjadi musibah banjir di mana-mana.

Salah Menggunakan RezekiRezeki yang begitu berlimpah dari air hujan menjadikan manusia kaya raya dan memiliki banyak uang. Namun karena salah menggunakan rezeki akhirnya berubah petaka. Misalnya, mengapa rezeki itu digunakan untuk maksiat; untuk membuat kerusakan (Al Baqarah 60); rezekinya tidak disyukuri (Ibrahim 7, Saba 15); untuk berfoya-foya; tidak ditasarufkan (disalurkan) kepada yang berhak (Mujadilah 13). Dan masih banyak ayat dan Hadits yang intinya memberi arahan agar jangan salah dalam menggunakan rezeki sebagai rakhmat Allah swt.

Akibat dari pengingkaran terhadap rakhmat Allah, maka jangan heran ketika tentara Allah yang juga rakhmat menjadi mengamuk kepada manusia. Sebab tentara berupa air ini sudah disalahgunakan oleh manusia. Tentara lain seperti angin, api dan hama tentu akan mengamuk pula. Sebab ketiga tentara tersebut semuanya mendukung rakhmat Allah swt terhadap segala kenikmatan bagi manusia.

Air sebagai sumber kehidupan. Angin sebagai medium untuk membuat tumbuhan jadi berbuah dengan perantaraan putik sari pada bunga akan terjadi pekawinan dan menghasilkan buah-buahan dan biji-bijian. Hama dan hewan terbang lainnya, merupakan medium untuk mengantarkan kesuburan bagi tanaman dan bisa menghasilkan buah. Api sebagai tentara Allah swt bertugas untuk menjadikan rezeki berupa buah-buahan bisa dimatang¬kan dan sehingga bisa dinikmati oleh segenap manusia. Dengan api manusia bisa memperoleh buah yang bisa dimatangkan melalui kehangatannya. Api dalam listrik dan api dalam suhu udara merupakan akvitas yang nyata bagi kehangatan dan keramaian bumi.

Namun karena kesalahan manusia maka akhirnya tentara-tentara itu terindikasi mengamuk dan memperlihatkan powernya. Kini manusia hanya menerima kedahsyatan musibah tersebut. Bagi yang beriman memandang musibah sebagia cobaan dan bagi yang kufur akan mengumpat serta mengeluh dan berharap kasihan dari orang lain.

Musibahpun Menimpa Orang BerimanJika tentara Allah swt telah menunjukkan powernya, maka bumi terkesan rusak. Dampak dari musibah ini tidak saja menimpa orang-orang yang berbuat maksiat namun juga berdampak kepada orang-orang yang beriman. Peringatan ini sudah cukup jelas dalam ayat Al qur'an.

واتقوا فتنة لا تصيبن الذين ظلموا منكم خاصة واعلموا أن الله شديد العقاب (الأنفال 25

Artinya: "Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya." (Al Anfal: 25).

قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنَهْلِكُ وَفِينَا الصَّالِحُونَ قَالَ نَعَمْ إِذَا كَثُرَ الْخَبَثُ *

"Ya Rasulullah apakah kami akan terkena dampak fitnah musibah sedangkan kami orang-orang sholeh? Dijawab oleh Nabi: "Benar apabila ditemui banyak kemaksiatan".
Imam Al Qurthubi berkata: "Menurut ulama kami, jika fitnah telah beraksi maka rusak semuanya."
إذا انزل الله بقوم عذابا اصاب العذاب من كان فيهم ثم بعثوا على أعمالهم

"Jika Allah turunkan adzab, maka ia akan menimpa siapa saja kemudian Allah membangkitkan mereka berdasakan amal perbuatannya." Menurut penjelasanya, hadits ini menunjukkan bahwa kerusakan akan menimpa secara umum; bagi orang sholeh, tholih (rusak) dan orang dhlim. Namun ia merupakan pembersih bagi orang mukmin/shalih (tuhrotan lilmu'minin) dan merupakan balasan (nuqmatan) bagi orang fasiq.


Karena itu mari semuanya dikembalikan kepada Allah: Innalilahi wainna ilaihi raji'uun. Sesunggunya semuanya berasal dari Allah dan hendaklah dikembalikan kepada-Nya. Alam ini milik-Nya seyogyanya, mari kita rawat bumi dan segala isinya untuk rakhmatan lil 'alamin. Jangan sampai memancing tentara Allah menjadi marah.

Wallahu 'alam.

Sumber:
Al Qur'an Depag RI, Tafsir Jalalen, Tafsir Al Qurthubi, Tafsir Ibnu katsir, Kutubussittah, Al Bayan Hadits Shoheh.

Catatn Penulis: Diizinkan mengutip, menyadur, menyalin, menyebar luaskan tulisan ini untuk tujuan apapun. Namun mohon dikoreksi terlebih dahulu, dengan teliti sebab bisa jadi terdapat banyak kesalahan: salah tulis, salah kutip, salah kesimpulan, salah menyadur juga bisa jadi banyak perbedaan pendapat karena keterbatasan pengetahuan penulis.

Antri Musibah | Tentara Allah sedang Marahkah?

بسم الله الرحمن الرحيم وما يعلم جنود ربك إلا هو

"Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. (Al Muddatsir: 31)
Dari sekian banyak rakhmat Allah, hujan merupakan salah satunya. Siti 'Aisyah ra berkata: "Jika baginda Rasululah saw. melihat hujan, baginda akan berkata: Itu adalah rahmat.” Namun mengapa dari rakhmat berbentuk hujan itu kemudian berubah menjadi musibah banjir yang sampai saat ini masih berlangsung di Jakarta dan wilayah Indonesia lainnya dan diprediksi akan berlangsung lama.

Saat ini, saya sendiri dan semua warga yang terkena musibah masih merasakan dampak pisik dan psikologis dari musibah yang menimpa kita dan masih akan ada kemungkinan terkena musibah susulan dari dampak kebanjiran. Ternyata kita sebagai manusia tak bisa berkutik menghadapi tentara Allah berupa air hujan. Tak berbuat apa-apa selain menerima ujian ini dengan kesabaran.

Tentara AllahSebelumnya, musibah-musibah itu bak antrian panjang di bumi persada ini. Dari musibah yang terjadi beruntun ini paling tidak ada empat pemicunya. Mulai dari Air laut dan air hujan, ia bisa menjadi tsunami atau banjir bah jika berasal dari hujan. Kadang air itu meluap/menyembur ke permukaan bumi dan bercampur dengan lumpur atau api seperti di Porong, Sidoardjo dan Gunung Berapi di Yogyakarta. Kedua, Angin yang menerjang pesawat terbang hingga jatuh, angin puyuh, angin puting beliung, atau tornado yang bisa meluluhlantakkan rumah penduduk. Ketiga, Api yang membakar segala prasarana seperti pasar dan rumah. Keempat, Hama baik berupa virus flu burung (H5N1) atau nyamuk demam berdarah yang mematikan serta virus lain seperti HIV dan hama-hama lain yang menyerang tanaman dan penyakit.

Dalam buku-buku ulama salaf dikatakan bahwa keempat macam jenis pemicu musibah ini masuk dalam kategori tentara Allah yang kelihatan. Sebenarnya ada juga tentara Allah yang tidak tampak seperti "musawwimin" malaikat yang diturunkan Allah membela perang badar dan perang khandak.

Naskah (ayat) dalam Al Qur'an jelas menyebut bahwa Allah memiliki tentara yang memenuhi langit dan bumi. (Alfath: 7) Ketika perang Khandak, Allah pun menurunkan tentara berupa angin topan dan tentara yang tidak keliahatan yaitu malaikat. (Al Ahzab: 9) Tidak ada yang mengetahui tentara Allah melain¬kan Dia sendiri. (Al Muddatsir: 31). Angin juga merupakan tentara sebagaimana Rasul saw bersabda: "Aku ditolong oleh angin timur sedangkan kaum Ad dihancurkan oleh angin barat." (tafsir al Qurthubi)

روي سعيد بن جابر عن ابن عباس رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: نصرت بالصبا واهلكت عاد بالدَّبور

Air Hujan sebagai Sumber RezekiBermula dari rezeki namun berakhir petaka. Hal ini terjadi karena awalnya, Allah subhanahu wata'ala mengirim rezeki manusia salah satunya didatangkan dari tumbuh-tumbuh¬an. Ia bisa tumbuh dan berkembang di bumi karena air hujan. Planet lain tidak bertumbuh karena konon air tidak tersedia. Kujadikan air hujan itu diturunkan dari langit dan menjadikan buah-buahan sebagai rezekimu (Al Baqarah 22). Bumi yang gersangpun dengan dituruni hujan jadi subur (Al Baqarah 164). Allah mengeluarkan rezeki dari langit dan dari dalam bumi untuk manusia (An Naml 64, Faatir 3, Al Mu'min 13, Jatsiah 5).

Karenanya telah jelas sekali bahwa Allah menurunkan rezeki dari langit dan bumi otomatis semuanya rahmat. Lalu darimana sisi rakhmatnya. Awalnya rezeki kok terjadi musibah banjir di mana-mana.

Salah Menggunakan RezekiRezeki yang begitu berlimpah dari air hujan menjadikan manusia kaya raya dan memiliki banyak uang. Namun karena salah menggunakan rezeki akhirnya berubah petaka. Misalnya, mengapa rezeki itu digunakan untuk maksiat; untuk membuat kerusakan (Al Baqarah 60); rezekinya tidak disyukuri (Ibrahim 7, Saba 15); untuk berfoya-foya; tidak ditasarufkan (disalurkan) kepada yang berhak (Mujadilah 13). Dan masih banyak ayat dan Hadits yang intinya memberi arahan agar jangan salah dalam menggunakan rezeki sebagai rakhmat Allah swt.

Akibat dari pengingkaran terhadap rakhmat Allah, maka jangan heran ketika tentara Allah yang juga rakhmat menjadi mengamuk kepada manusia. Sebab tentara berupa air ini sudah disalahgunakan oleh manusia. Tentara lain seperti angin, api dan hama tentu akan mengamuk pula. Sebab ketiga tentara tersebut semuanya mendukung rakhmat Allah swt terhadap segala kenikmatan bagi manusia.

Air sebagai sumber kehidupan. Angin sebagai medium untuk membuat tumbuhan jadi berbuah dengan perantaraan putik sari pada bunga akan terjadi pekawinan dan menghasilkan buah-buahan dan biji-bijian. Hama dan hewan terbang lainnya, merupakan medium untuk mengantarkan kesuburan bagi tanaman dan bisa menghasilkan buah. Api sebagai tentara Allah swt bertugas untuk menjadikan rezeki berupa buah-buahan bisa dimatang¬kan dan sehingga bisa dinikmati oleh segenap manusia. Dengan api manusia bisa memperoleh buah yang bisa dimatangkan melalui kehangatannya. Api dalam listrik dan api dalam suhu udara merupakan akvitas yang nyata bagi kehangatan dan keramaian bumi.

Namun karena kesalahan manusia maka akhirnya tentara-tentara itu terindikasi mengamuk dan memperlihatkan powernya. Kini manusia hanya menerima kedahsyatan musibah tersebut. Bagi yang beriman memandang musibah sebagia cobaan dan bagi yang kufur akan mengumpat serta mengeluh dan berharap kasihan dari orang lain.

Musibahpun Menimpa Orang BerimanJika tentara Allah swt telah menunjukkan powernya, maka bumi terkesan rusak. Dampak dari musibah ini tidak saja menimpa orang-orang yang berbuat maksiat namun juga berdampak kepada orang-orang yang beriman. Peringatan ini sudah cukup jelas dalam ayat Al qur'an.

واتقوا فتنة لا تصيبن الذين ظلموا منكم خاصة واعلموا أن الله شديد العقاب (الأنفال 25

Artinya: "Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya." (Al Anfal: 25).

قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنَهْلِكُ وَفِينَا الصَّالِحُونَ قَالَ نَعَمْ إِذَا كَثُرَ الْخَبَثُ *

"Ya Rasulullah apakah kami akan terkena dampak fitnah musibah sedangkan kami orang-orang sholeh? Dijawab oleh Nabi: "Benar apabila ditemui banyak kemaksiatan".
Imam Al Qurthubi berkata: "Menurut ulama kami, jika fitnah telah beraksi maka rusak semuanya."
إذا انزل الله بقوم عذابا اصاب العذاب من كان فيهم ثم بعثوا على أعمالهم

"Jika Allah turunkan adzab, maka ia akan menimpa siapa saja kemudian Allah membangkitkan mereka berdasakan amal perbuatannya." Menurut penjelasanya, hadits ini menunjukkan bahwa kerusakan akan menimpa secara umum; bagi orang sholeh, tholih (rusak) dan orang dhlim. Namun ia merupakan pembersih bagi orang mukmin/shalih (tuhrotan lilmu'minin) dan merupakan balasan (nuqmatan) bagi orang fasiq.


Karena itu mari semuanya dikembalikan kepada Allah: Innalilahi wainna ilaihi raji'uun. Sesunggunya semuanya berasal dari Allah dan hendaklah dikembalikan kepada-Nya. Alam ini milik-Nya seyogyanya, mari kita rawat bumi dan segala isinya untuk rakhmatan lil 'alamin. Jangan sampai memancing tentara Allah menjadi marah.

Wallahu 'alam.

Sumber:
Al Qur'an Depag RI, Tafsir Jalalen, Tafsir Al Qurthubi, Tafsir Ibnu katsir, Kutubussittah, Al Bayan Hadits Shoheh.

Catatn Penulis: Diizinkan mengutip, menyadur, menyalin, menyebar luaskan tulisan ini untuk tujuan apapun. Namun mohon dikoreksi terlebih dahulu, dengan teliti sebab bisa jadi terdapat banyak kesalahan: salah tulis, salah kutip, salah kesimpulan, salah menyadur juga bisa jadi banyak perbedaan pendapat karena keterbatasan pengetahuan penulis.

Antara Kita dengan Rezeki ada Tabir

بسم الله الرحمن الرحيم أولئك لهم رزق معلوم

Artinya: Mereka itu memperoleh rezki yang tertentu (Ashoffat: 41)

Sebagai orang yang beragama, memahami rezeki yang hadir di tangan kita tidaklah semata-mata melalui upaya diri dan manajemen. Al Ghozali berkata, betapa banyak orang yang tidak memahami manajemen, beker¬ja sedikit namun rezekinya melimpah, di sisi lain, orang yang "nyungsang-nyungseb" mencari rezeki siang dan malam, tetapi kadang rezeki itu terasa seret sekali. Apakah kemudian rezeki itu berada dalam manajemen kita? Ternyata tidak! Ia ada dalam manajemen Allah swt. Allahlah yang bertanggung jawab terhadap rezeki makhluqnya, sedangkan manusia hanya melulu 'beribadah' yang diaplikasikan ibadahanya baik ketika berikh¬tiar, memohon, berharap dan berusaha sekuat tenaga lillaahi ta'aala dalam ikhtiarnya. Sampai di sini, ketika usaha dan ikhtiar telah maksimal, apapun hasilnya merupakan tanggung jawab Allah swt.

Namun demikian sekelumit ilmu yang diajarkan Rasulullah saw ternyata sangat bermanfaat. Barangsiapa yang memahami misteri itu, niscaya bisa bersikap qonaah dan Tenang. Kemudian rezeki akan hadir tanpa diduga-duga, tanpa dipusingkan dan tanpa membawa resah dan gelisah. Sebuah riwayat hadits yang ditulis dalam buku Adabudunya Waddin (etika kehidupan dan beragama) Rasulullah saw bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ما من عبد الا بينه وبين رزقه حجاب فان قنع واقتصَد اتاه رزقه وإن هتك الحجابُ لم يزدْ فى رزقه

Rasulullah saw bersabda: "Antara seorang hamba dan rezeki terdapat sebuah tabir (hijab); barangsiapa yang bersikap terhadap rezeki itu menerima de¬ngan tulus ikhlas (qona'ah) dan bersikap tenang-tenang saja (iqtishad) maka rezeki itu akan datang dengan sendirinya; sedangkan siapa yang mencoba untuk merusak tabir rezeki itu maka jangan harap bertambah."
Hadits ini menerangkan tentang tabir (hijab) rezeki. Sehingga benarlah bahwa rezeki itu merupa¬kan misteri sebab ia memiliki pembatas antara kita dengannya. Kita dilarang coba-coba merobek tirai tersebut. Adapun upaya memper¬kokh tirai rezeki itu dengan dua cara: Qonaah dan Iqtishod.

Pertama, dengan qonaahSebagaimana hadits di atas, menerima rezeki dengan qonaah sama artinya dengan menerima apa adanya rezeki yang hadir dengan penuh keikhlasan dan suka cita. Ketika mendapatkan rezeki besar atau sedikit disambut dengan sikap amat amat girang. Namun kegirangan ini hanya ditampakkan di sisi Allah swt tidak kepada manusia. Inilah yang disebut oleh Syekh Nawawi dengan qona'ah. Qona'ah sendiri sama dengan sikap kafafah. Kedua sifat ini merupakan sikap yang paling baik.

Rasulullah saw bersabda:

عن عبد الله بن عمرو بن العاص أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال قد أفلح من أسلم ورزق كفافا وقنعه الله بما آتاه - من صحيح مسلم 1746
Dari Abdulalh bin 'Amr bin 'ash bahwa Rasulullah saw. Bersabda: "Sungguh beruntung orang yang selamat. Ia diberi rizki dengan berkecukupan dan Allah merelakan apa yang diterimanya.
Ketika mensyarakhi (memperjelas) hadits ini, Syekh Nawawi mengartikan kafafah atau qona'ah dengan ungkapan:
الكفاف : الكفاية بلا زيادة ولا نقص . وفيه فضيلة هذه الأوصاف , وقد يحتج به لمذهب من يقول : الكفاف أفضل من الفقر ومن الغنى .

Kaffaf adalah sikap merasa cukup dengan rezkinya tanpa menuntut lebih dan kurang. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian madzhab: Sikap merasa cukup ini lebih utama dari pada kondisi orang yang kaya atau miskin.

Kedua dengan iqtishodCara kedua menjaga agar tirai tetap kokoh adalah dengan sikap iqtishod. Maknanya adalah ia akan berada di pertengahan. Murunut Al Hasan dalam tafsir al Qurthubi, Muqtasid adalah orang mukmin yang tetap kokoh memegang tauhid dan taat. Artinya, boleh jadi, dalam menyikapi rezeki tidak akan mengurangi nilai taat dan keimanannya. Dengan demikian ia akan tenang-tenang saja dalam menyikapi rezeki tersebut. Jika sempit atau lapang rezeki, ia te¬nang-tenang saja tidak mengadukannya kepada manusia. Sebab bila coba-coba membe¬ber¬kan kesu¬sahan¬nya pada manusia itu berarti merobek dinding rezeki. Sebagaimana peringatan Rasulullah saw siapa yang membuka kesusahan kepada Allah artinya ia siap untuk tetap fakir. (dikutip dari hadits no. 2247 Sunan Turmudzi)

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: .... ولافتح عبد باب مسئلة إلا فتح الله عليه باب فقر أو كلمة نحوها

Bersabda Rasulullah saw: ….. dan janganlah seorang hamba Allah membuka pintu masalah kepada orang lain (tentang kesusahannya) sebab niscaya Allah akan membuka pintu kemiskinan atau kalimat yang sejenisnya (kesusahan, kesulitan, kerupekan, kedholiman dll.). Menurut Abu Isa, hadits ini hasan shoheh.

Dengan membuka masalah kepada orang lain, berarti ia berusaha merobek dan merusak tirai (hijab) rezeki tersebut). Karena itu sikap terbaik adalah mempertahankan sikap iqtishad. Untuk melatih sikap iqtishod ini ada baiknya mengikuti saran Rasulullah saw:

قوله صلى الله عليه وسلم : انظروا إلى من هو أسفل منكم , ولا تنظروا إلى من هو فوقكم , فهو أجدر ألا تزدروا نعمة الله عليكم

"Lihatlah kepada orang yang lebih menderita dan jangan melihat orang yang lebih makmur dari mu. Sebab hal itu merupakan sifat yang terbaik agar jangan sampai memandang rendah ni'mat Allah swt."

Menurut Ibnu Jarir dalam Syarkh An Nawawi, hadits tersebut adalah kesimpulan yang terbaik. Sebab tabiat manusia dalam urusan dunia, apa¬bi¬la melihat orang yang lebih makmur darinya, ia akan berusaha menyamainya. Kemu¬dian meng¬anggap rendah nikmat Allah swt. yang ada pada dirinya. Karenanya, ia akan berusaha lebih rakus lagi (tamak) untuk menyamai saingannya atau setidaknya tidak jauh-jauh amat bedanya. Menurut Syekh Nawawi, itulah tabiat manusia pada umumnya.

Sebaliknya, kata Syekh Nawawi, dalam urusan dunia, jika melihat orang lain memperoleh kenikmatan, maka yang terlihat adalah karunia Allah yang besar. Ia lalu menysukurinya, kemu¬dian tetap bertawadlu dan tetap berlaku baik. Kata An Nawawi, sikap inilah yang utama dalam menyikapi rezeki.

Sebaik UmatAdapun sebaik-baik Umat dalam menyikapi masalah rezeki adalah sebagaimana yang digambarkan oleh Rasululah saw. Menjadi orang yang menerima (rela) jika tidak diberi dan menjadi orang yang meminta jika tak berpunya. Dikutip dari buku "adabuddunya waddin" Rasululullah saw bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : خير امتي الذين لم يعطوا حتى يبطروا ولم يقتروا حتى يسئلوا

"Sebaik-baik umatku adalah orang yang tidak diberi lalu dia menerima dan tidak berpunya kemudian ia meminta."

Mengambil Deposito Amal Yang dimaksud sikap menerima dan meminta dalam hadits tersebut adalah ditujukan kepada Allah swt semata. Sikap meminta kepada Allah jelas merupakan perintah langsung dari Allah swt: Ud'uunii astajib lakum "Memohonlah kepada-Ku niscaya Aku beri" (Al Mukmin 60). Namun yang menjadi catatan di sini adalah bahwa orang tidak akan salah alamat ketika meminta kepada Allah manakala ia banyak menabung amal-amal perbuatanya pada rekening Allah Subhanahu Wata'ala. Namun jika menabung amal-amalnya bukan kepada Allah mengapa meminta kepada-Nya inikan aneh bin ajaib. Logikanya, hal ini sama bila depositonya di Bank BCA, tetapi ketika mengambil, memintanya pada Bank BNI tentu ini salah alamat.

Hal ini sama artinya, jika segala amal-amalnya baik ucapan, pikiran dan tindakan. Pokoknya segala ibadah mahdhoh (amal vertikal) maupun ghoiru mahdzhoh (amal horizontal) diniatkan semata-mata untuk Allah (lillaahi ta'alaa), niscaya ketika hendak meminta bagian (bunga deposito amal) itu kepada Allah yakin pasti tidak salah alamat. Namun jika bukan lillaahi ta'alaa, mengapa memintanya kepada Allah? Seolah-olah Allah menyuruh untuk mengambilnya kepada yang lain. Karenanya, berarti siap-siap ia tidak menerima bonus spesial dari Allah swt, baik ketika di dunia maupun di akherat. Na'udzu billahi min dzaalik. Wallau a'lam bimurodih.
Jakarta, 20 Muharrom, 1428 [7 Februari 2007]

Sumber: Al qur'an , Al Bayan (Hadits), Tafsir Al Qurthubi, Adabudunya Waddin, Kutubussittah, Tuhfatul Akhwadzi bisyarhil bukhory, Shohih Muslim bisyarkhinnawawy.

Makanan Rohani Sama dengan Makanan Jasmani

كلو واشربوا من رزق الله
Artinya: "Makan dan minumlah kalian, dari rizki Allah "(Al Qur'an)

Bersyukur kepada Allah swt atas kehebatan-Nya membuat sistem pencernaan makanan di tubuh kita sehingga tidak semua makanan yang masuk menjadi daging dan darah. Bayangkan jika semua makanan yang masuk ke perut menjadi daging semuanya tanpa ada sisa-sisa makanan yang diurai oleh usus dan dibuang, niscaya pertumbuhan badan manusia tidak terkendali; disamping ukuran tidak terkendali, tidak ada lagi siklus makanan. Singkatnya, setiap makanan yang masuk ke dalam tubuh kita, yang terpakai hanya sedikit sekali sedangkan yang terbuang sangat banyak.

Siklus tersebut berlaku pada sistem pertumbuhan dan perkembangan rohani. Dalam rohani pun mirip dengan tubuh jasmani: Ia membutuhkan makanan dan minuman; Nutrisi yang masuk tidak semuanya berguna bagi pertumbuhan rohani sehat; Sehingga meskipun banyak mengkonsumsi makanan rohani yang terbuang pun juga banyak, dan yang terpakai pun amat sedikit. Maka bagaimana cara menkonsumi makanan rohani agar terjaga keseimbangannya. Salah satu caranya adalah kita mesti meniru cara makan ala jasmani: makan setiap hari jangan sampai absen; di luar itu, minum yang banyak dan sisanya biasanya ngemil dll.

Dari pengertian di atas, maka surat Al Baqarah: "Makan dan minumlah," pada kutipan ayat tersebut, bukan saja berlaku untuk makanan jasmani saja, sebab al Qur'an menembus dua dimensi; jasmani dan rohani. Namun sayangnya, dimensi rohani ini jarang disinggung.

Dzikir sebagai Nutrisi RohaniDzikir adalah jenis makanan (nutrisi) yang banyak mengan¬dung gizi bagi perkembangan rohani. Boleh jadi membangun kesehatan rohani dengan berdzikir adalah cara yang tepat. Makanan rohani berupa dzikir ini mesti dikonsumsi sebanyak-banyaknya; semakin banyak mengkonsumsi dzikir dan dapat diserap oleh rohani maka sema¬kin sehat pertum¬buhan rohani itu sendiri.

Adapun berdzikir yang banyak merupakan perintah langsung Allah swt :

يَآأيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اذْكُرُوااللهَ ذِكْرًا كَثِيْرًا وَّسَبِّحُواهُ بُكْرَةً وَّأَصِيْلاً

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman berdzikirlah kepada Allah sebanyak-banyaknya dan bertasbihlah di waktu pagi dan petang."
Di dalam Alqur'an perintah berdzikir bebeda dengan perin¬tah beramal. Ketika Allah menyuruh hambanya untuk ber¬dzikir diharuskan dilaksanakan sebanyak-banyaknya seperti ayat tersebut. Namun untuk amal perintahnya meng¬gunakan ungkapan "ahsanu 'amala" bukan "aktsaru 'amala". Mak¬sdnya adalah beramallah dengan sebaik-baiknya bukan dengan perintah beramllah dengan sebanyak-banyaknya. Jadi cukup jelas firman Allah tentang dzikir ini mesti dilaksanakan sebanyak-banyaknya.

Ringan di Lidah Mengapa dzikir dan tasbih itu dianggap penting padahal kelihatannya mudah dilafalkan dengan lidah namun ternyata Allah sangat menganjurkan hambanya untuk berdzikir. Salah satu contoh tentang lafadz yang mudah diuucapkan dan bernilai tinggi adalah lafadz riwayat Abi hurairah dalam kitab Sunan Bukhori, Rasulullah saw bersabda:

كَلِمَتَانِ حَبِيْبَتَانِ اِلىَ الرَّحْمَانِ خَفِيْفَتَانِ عَلى اللِّيْسَانِ ثَقِيْلَتَانِ فىِ الْمِيْزَانِ سُبْحَانَ الله وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ

Artinya: "Ada dua kalimat yang mudah diuucapkan dengan lidah tapi menjadi berat di timbangan amal dan dicintai oleh Allah yaitu lafad subhaanallaah wabiha¬mdihii subhanallaahil 'adziim.

Kalilmat tasbih yang diajarkan Rasulullah saw begitu bernilai di sisi Allah meskipun hanya diucapkan di lidah, dan tasbih tersebut termasuk dzikir kepada Alla swt.

Adapun kaitannya dengan makanan rohani sungguh tepat dzikir ini mesti dikonsumsi dengan sebanyak-banyaknya tanpa hitungan. Karena itu tidak heran para pengamal thariqat apapun nammanya, hobi sekali mengonsuumsi dzikir. Sebab ia dianggap makanan rohani yang halalal thoyyiiban, baik ia memakannya melalui ternag-terangan (dzikir dhazar) maupun makan sembunyi-sembunyi (dzikir khafi).

Sebab ia mengetahui mengapa dzikir harus bannyak, karena belajar dari makanan fisik, tidak semmuanya diserap tubuh, maka dzikirpun dilakukn dengana lahap sekali. Karena tidak semua dzikir ini dapat bermanfaat bagi perkembangan rohani. Jadi sama persis seperti makan nasi, dzikir bagi rohani juga makanan pokok. Ia harus dikonsumsi terus-menerus tanpa melihat waktu dan situasi, selama nafas masih ada maka dzikir selayaknya harus dikonsumsi.

Harus LahapOrang yang lapar, biasanya jika menemukan makanan yang siap disantap, dapat dibayangkan orang itu akan lahap sekali. Selayaknya, dalam mengkonsumsi dzikir pun sebagai makanan rohani mesti harus lahap karena hakekatnya kita membutuhkan dzikir untuk makanan rohani.

Di samping harus lahap, cara makannya pun dapat dimasukkan melalui apa saja. Jika makan nasi hanya dengan lidah di mulut, maka mengkonsumsi makanan rohani dari sekujur badan dapat dimasuki: Mulai dari mata bagaimana memasukan makanan rohani melalui mata; dari telinga, bagaimana mendengar sehingga menjadi menu makanan segar bagi pertumbuhan rohani; dari mulut, bagaimana mengunyah makanan rohani sehingga lezat dinikmati; Dari tangan dan kaki, bagaimana sebaiknya berjalan dan bergerak sehingga mendatangkan hikmah bagi rohani. Semua itu sudah jelas shari'at mengaturnya. Tinggal bagaimana kesadaran kita di dalam menghadapi menu makanan tersebut.

Rohani Sehat dan KuatBerbeda dengan makanan jasmani, makanan rohani tidak perlu diolah dan dimasak karena langsung bisa dinikmati kapan dan dimana pun berada. Memakannya tidak boleh lepas dalam hitungan detik. Jika hampir dalam setiap detik tidak lepas dari dzikir kepada Allah maka itulah ciri-ciri orang benar-benar taqarub kepada Allah.

Pantaslah para sufi, orang-orang shlihin, para zahidin mereka adalah orang-orang yang sehat dan kuat rohaninya. Sebab mereka sangat kenyang dengan makanan dan minuman rohani. Mereka tidak pernah mubadzir dalam hidup sebab konsep mubadzir bagi mereka bukan membuang makanan seperti kita, tapi mereka berkata mubazir adalah “melewati waktu tanpa ingat kepada Allah”. Bagi mereka pencernaannyatelah terlatih dengan tajam. Hingga tidak heran, mereka yang sehat, rohaninya, matanya mampu melihat yang tak terlihat, telinganya mampu mendengar yang tak terdengar oleh orang awam. Bahkan dalam kitab Bidayatul Hidayah Allah berfirman melalui hadits qudsi bahwa jika Allah sudah mencintai seorang hamba niscaya Allah melihat melalui mata hamba tersebut, memegang melalui tangannya, mendengar melalui telinganya, dan berjalan melalui kakinya. Subhanallah!

Di antara mereka juga adalah para Wali Allah. Dengan rohaninya yang sehat dan kuat, mereka mampu menembus alam malakut sehingga sifat-sifatnya meniru para malaikat. Ssalah satu sifatnya adalah seperti Firman Allah:
Artinya: "Mereka tidak bermksiat kepada Allah, dan selalu melaksanakan apa yang diperintah-Nya.". Wallahu a'lam.

>>>>> dari berbagai sumber