05 March 2007

Inna LIllahi... Proses Tenggelam di Laut itu Sangat Singkat : Toni Cepatlah Pulang....

Tenggelam di dasar laut atau terbawa arus gelombang yang ganas, kemudian tidak ditemukan jasadnya berhari-hari, biasanya hanya terlihat di televisi, koran atau internet. Berita-berita itu sudah sering kita dengar bahkan menjadi irama bencana yang terus-menerus meniupkan nada-nada yang menggedor nurani dan Iman kita. Tetapi kemarin, Minggu, 4 Maret 2007, kami serombongan menyaksikan sendiri bagaimana kawan serombongan kami, Toni Harsono, berjuang mempertahankan hidup dan mati di tengah gelombang samudra pantai Suraga, Anyer. Proses tenggelamnya Toni kawan saya, begitu cepat dan hilang ditelan air laut yang luas itu.

Sungguh kami semua rombongan tidak bisa berkata-kata. Teman-teman laki-laki sesama panitia teriak-teriak "toloong..... cepat Toni tenggelam!". Para wanita dan ibu-ibu yang tengah ikut ke tepi pantai langsung buru-buru lari dari air. Anak-anak kecil yang tengah mandi di panati itupun terbirit-birit langsung ke tepi. "Cepat semuanya jangan mandi, ada orang tenggelam....!" begitu teriak ibu Ning. Saat itu saya tengah cerpen kompas yang baru di baca 1/3 bagian itu langsung dibuang. Anakku langsung ditarik ke tempi, isteriku berlari-lari dan mencerit-jerit minta kepada orang-orang agar menolong Toni yang tengah tenggelam.

Teman-teman wanita lainya, pun menjerit-jerit memeinta tolong, ketika menyaksikan saat terakhir Toni, melambaikan tangannya di atas permukaan laut. Ia timbul tenggelam sebanyak dua kali. Lambaian pertama seakan memberi kode "selamat inggal" sebab lambaian itu mirip orang yang mau pergi jauh dengan memekarkan lima jarinya, dan digeser ke kanan dan ke kiri. Lambaian kedua seolah-olah meminta tolong dengan gerakan seperti orang memanggil. Kedua lambaian tangan itu hanya dua kali. Sementara kepalanya tidak tampak di permukaan.

Toni bersama 3 kawannya, menyewa ban milik petugas pantai. Kemudian seperti biasanya mereka bermain dengan ban itu di pinggir pantai. Namun entah mengapa tiba-tiba saja ban itu menggeser ke tengah bukannya mengikuti ombak ke pinggir. Rupanya mereka semakin bingung, karena ban itu seolah-olah terbawa arus ke tengah. Dengan kepanikan tersbut, rupanya, Toni telepas dan sapuan ombak di tengah lebih besar. Di tengah kepanikan lagi, Toni, yang ketua rombongan itu mungkin bertanggung jawab dan berusaha meminggirkan ban itu agar jangan ke tengah. Namun sayang nasib kehidupan tidak berpihak padanya. Ban itu justru telepas jauh karena di tengah dia tidak kencang pegangan tangannya dengan ban satu-satunya itu, 3 kawan lainya berhasil selamat sementara dia sendiri terlepas dari ban dan hanyut di telan arus laut yang semakin ganas.

Saat itu udara sebenarnya sangat cerah. Terik matahari begitu menyengati kulitku dibamah dengan sepoi angin pantai yang khas dan sapuan ombak yang berganti-ganti nadanya. Saat menunjukkan jam 13.30 wib dimana kami telah menunaikan shalat dan saya pun mengikuti dan mengawasi anak-anakku yang tengah mandi. Sedangkan para remaja putra dan putri telah lebih dahulu mandi di pantai. Tidak tahunya, kejadian Toni tenggelam itu sangat singkat.

Kini, toni masih berada di pantai suraga. Para Petugas pantai dan polisi dari Polres Serang tengah berusaha menemukan jasad Toni. Sampai tulisan ini dihadirkan, Toni masih terbaring tenang di dalam ayunan gelombang laut yang dingin namun hangat. Semoga Toni, yang memilii senyuman mirip Toming Tse itu bisa cepat ditemukan dan kami sekeluarga bisa mengiringi jenzahnya untuk dikubur di pemakaman biasa.

Innalillahi wainna Ilaihi Rajiuuun.