24 January 2007

Menjadi Anggota Keluarga Nabi | Nasabi - Sababi


Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus." (QS. Al Kautsar: 3)
Bersyukur atas nikmat agung dengan diutusnya Kanjeng Nabi Muhammad saw di seantero jagad sebagai rahmat umat di dunia hingga akherat. Pantas saja Allah dan ditaati para malaikat mem­beri shalawat kepada Beliau. De­ngan de­mi­kian sebagai umat­nya pa­tut­lah meng­ikuti perintah Allah yang diikuti para malaikat untuk mem­beri shalawat kepa­da Rasulullah saw.
Di samping bersala­wat secara lisan dan hati, yang penting lagi adalah "mem­fo­tokopi" sebisa mungkin segala prilaku, ucapan dan perbuatan yang beliau laku­kan untuk dilaksa­na­kan dalam tindakan sehari-hari. Se­bab hanya dengan "foto kopian" yang telah mendapat "legalisir" Rasulullah saw saja yang akan dia­kui di hari kiamat dan setempel-setem­pel lain akan ditolak. Sehingga segala perkara tanpa "stempel" dari beliau apalagi yang tidak mengakui bahkan yang membenci Nabi saw dan ajarannya akan terputus dari keluarga Nabi saw. Sebagaimana Firman Allah swt: "Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus."

Orang-orang yang Terputus
Abtar (terputus) menurut ahli bahasa adalah orang laki-laki yang tidak memiliki anak. Siapakah gerangan yang dimaksud de­ngan orang-orang yang terputus ini. Pe­ngertian terputus menurut Ibnu Katsir yang mengutip pendapat dari para mufassir seperti Ibnu Abbas adalah sebagai berikut:


إنَّ مُبْغَضَكَ يَا مُحَمَّدْ وَمُبْغِضَ جِئْتَ بِهِ مِنَ الْهُدَى وَالْحَقِّ وَالْبُرْهَانِ السّّاطِعِ وَالنُّوْرِ الْمُبِيْنِ هُوَ اْلأْبْتَرُ
Artinya: Sesungguhnya orang yang di­mak­sud Abtar (terputus) adalah mere­ka yang membeci Nabi Muhammad saw. Mereka membenci segala yang dida­tang­kan oleh Nabi saw: misalnya petun­juk, per­kara yang hak, penerangan yang jelas, nur Ilahi, dan cahaya kebenaran.
Orang-orang kafir Quraisy suka sekali mence­mooh Rasulullah saw dengan sebutan Muhammad Abtar!. Maksudnya Nabi yang tidak memiliki keturunan laki-laki Sehingga turunlah surat al Ashr. Adapun menurut Muhammad bin Ishaq yang bersumber dari Yazid bin Ruman, ayat ini pertama kali diturunkan berkait­an dengan Al Ash bin Wail ketika men­ce­mooh nabi sebagai Rojulun Abtar! (Lelaki yang terputus).
Menurut Ibnu Abbas dan Ikrimah ditu­run­kannya ayat ini berkaitan dengan ejek­an orang kafir quraisy seperti Ka'ab bin Asyraf dan kawan-kawannya. Na­mun menurut Al Bazzar lain lagi: Ayat ini berkaitan ejekan Abu Lahab kepada Nabi saw karena kematian putera Nabi saw: Qasim di Mekkah dan Ibrahim di Madinah.
Dari penjelasan para mufassir tersebut tampak jelas sekali bahwa orang-orang kafir quraisy ramai-ramai membenci dan mengejek Rasulullah saw dengan se­butan abtar. Karena itu seyogyanya kita sebagai umat Rasulullah saw dalam bersalawat hendaknya mesti diikuti dengan وعلى اله واصحابه اجمعين atau cukup ditambah dengan lafad وعلى آله . Sebab dengan menambahkan lafaz wa'a­laa alihi (dan atas keluarga Nabi saw) berarti kita tidak ikut-ikutan menyebut Nabi sebagai Abtar!.

Keluarga Rasulullah saw.

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم فَاطِمَةُ مُضْغَةٌ مِنِّي يَقْبِضُنِي مَا قَبَضَهَا وَيَبْسُطُنِي مَا بَسَطَهَا وَإِنَّ الْأَنْسَابَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ تَنْقَطِعُ غَيْرَ نَسَبِي وَسَبَبِي.

Artinya: "Sesungguhnya Fatimah ada­lah da­rah dagingku. Apa yang ia miliki adalah berasal dariku, dan anak keturunan yang berasal darinya ada­lah juga ber­asal dariku. Se­sung­­­guh­nya semua ke­tu­run­an akan terputus pa­da hari kia­mat kecuali ketu­runan­ku dan sabab-ku…" (Sunan Imam Ahmad hadits no: 18167)


Faktor Nasab
Pendapat orang quraisy bahwa Nabi saw itu terputus (abtar) karena tidak berketu­runan dibantah al qur'an bahwa yang terputus adalah mereka sendiri karena mem­ben­ci Nabi saw dan ajarannya. Dari hadits tersebut secara tegas Nabi mengungkap bahwa keluarga Rasululullah saw yaitu Siti Fatimah ra satu-satunya darah-da­ging beliau yang akan beranak-cucu hingga akhir zaman. Inilah keluarga secara Nasabi.


Jadi, nasabi adalah keluarga secara lang­sung yang beranak-curu seterusnya. Siapakah yang bersambung secara nasab kepada Rasulullah saw? Mereka adalah para dzurriyah (keluarga Nabi saw) yang berasal dari Siti Fathimah ra.


Sebutan untuk mereka para dzurriyah (keluarga Nabi saw) cukup banyak misalnya Ahlul bait, Habib, Sayyid, Sya­rif/Syarifah, Andi, Sidi dll, untuk ma­sing-masing daerah berbeda-beda yang disebabkan karena faktor rep­resif dari kaum penjajah waktu itu.
Para keluarga Rasulullah saw dari sisi kepemerintahan selalu dijadikan masya­rakat kelas II sehingga tidak jarang dari dulu hingga sekarang (sejarah banyak mengulas) bahwa keluarga Nabi saw selalu dikejar-kejar dan tidak jarang dijadikan obyek penye­rangan. Padahal da­lam catatan sejarah membuktikan bah­­­wa mereka adalah banyak yang men­ja­di para aulia, para pemimpin agama dan penyiar agama di seantero jagad bumi ini. Untuk Indonesia para wali itu semuanya bersambung kepada Nabi saw. (selengkapnya, lihat buku sejarah wali, susuhunan, Habaib dll di Indonesia, Thariq Shehab, tersedia di TQN Kali Pasir)
Faktor Sabab
Dalam hadits di atas dengan tegas Rasulullah saw bersabda: "Se­sung­­­guh­nya semua ketu­runan akan terputus pa­da hari kiamat kecuali keluarga­ku dan sabab-ku…"
Menjadi keluarga Nabi saw walaupun bukan asli keturunannya, ternyata bisa! Hadits di atas telah membuk­ti­kan hal itu. Maka dengan demikian keluarga Nabi saw, secara umum juga termasuk ke­luar­ga beliau dari sisi Sabab.
Segala penyebab yang menjadi kerangka berpikir atau bertindak, baik dalam visi mau­pun misi yang menjadi landasan hi­dup dan berpikir, baik pribadi maupun organisasi, lembaga pendi­dik­an Islam sekalipun atau lembaga so­sial dan pen­didikan lainnya, semua­nya terputus di tengah jalan ketika menuju akhirat. Hal ini terjadi karena tidak berdasarkan tuntunan Rasulullah saw. Padahal jika disandarkan dan mengikuti tuntunan dari Rasul saw, niscaya dengan sendiri­nya telah menjadi anggota keluarga Rasul saw. Karena itu boleh jadi faktor 'saba­bi' ini ibarat memperoleh 'legalisir' dan 'stempel' yang sah dari Rasulullah saw terhadap segala tindakan.
Karena itu bagaimana upaya menda­pat­kan 'stempel' dari beliau dalam setiap prilaku kita, dan kepada siapa kita mesti mencari "fotokopian" tersebut agar upa­ya kita dalam beragama tidak terpu­tus di tengah jalan menuju akhirat de­ngan selamat. Boleh jadi langkah-lang­kah­nya adalah sebagai berikut:
Pertama: Sumber Dokumen
Untuk memperoleh dokumen asli ini tentunya dipegang oleh orang-orang yang menjadi keluarganya dan orang-orang yang dekat beliau. Para sahabat adalah mereka yang merekam semua­nya. Kemudian diikuti oleh para peng­ikutnya hingga sekarang. Warisan doku­men ini adalah dipegang oleh ulama sebab mereka adalah pewaris ilmu dari Nabi.
Dalam hadits riwayat Bukhari-Muslim menya­ta­kan bahwa, Rasulullah saw tidak mewarisi harta benda melain­kan ilmu. Artinya boleh jadi, kepada merekalah dokumen asli ini dipegang. Dan seyog­yanya kita mencintai, mendekati dan hidup bersama mereka dalam untuk dibina dan dibimbing, agar bisa mengenal Allah dan Rasul-Nya sekaligus mencintainya. Wallahu A'lam (MK)

No comments: