24 January 2007

Berhijrah dengan Kapal Laut








بسم الله الرحمن الرحيم ولقد اتينا لقمان الحكمة ان اشكر لله






"sesungguhnya, Aku karuniakan Luqmanul Hakim dengan hikma-hikmah karena itu bersykurlah kepada Allah."






Dalam sebuah pelajaran tafsir di MTS, Guru yang saya mulyakan, pak Bun Yamin. Waktu itu mewajibkan bagi kami murid MTS harus menghafalnya. Dalam penjelasan Pak Bun, Luqmanul Hakim adalah seorang hamba Allah yang diabadikan dalam Al Qur'an karena hikmahnya yang besar, meskipun bukan nabi, tapi memiliki hikmah yang luar biasa. Ketika di IAIN, saya temukan pula banyak sekali skripsi yang kovernya dijuduli oleh tulisan yang berkaitan dengan hikmah-hikmah pendidikan Luqmanul Hakim. Namun yang lebih menarik lagi tentang Luqmanul Hakim, dalam salah satu kitab ulama salaf, bebicara masalah kapal laut dan upaya menguasainya. Rupanya pesantren memiliki produk kapal laut yang dikemas dari resep Luqmanul Hakim. Apasaja resep menguasai kapal made in pesantren ini?

Sebelum mengenal kapal made in pesantren, kita perkenalkan terlebih dahulu siapa pembuat ide kapal laut gaya pesantren. Siapakah kalau bukan Luqmanul Hakim itu. Ternyata beliau adalah murid dari ribuan nabi. Dijelaskan dalam kitab bahwa Luqmanul Hakim adalah :

تلميذ الأنبياء لانه ورد انه كان تلميذا لألف نبي
Maksudnya boleh jadi, Luqmanul Hakim adalah murid dari ribuan nabi.
Wasiat-wasiatnya banyak diabadikan di dalam alquran juga hadits. Antara lain wasiatnya adalah bagaimana menaiki kapal laut dan menguasainya:

يا بنى الدنيا بحر عميق والإيمان السفينة وملح الطاعة والسخيرة الاخير
Artinya: Wahai anakku dunia ibarat lauatan, iman itu ibarat kapal laut (perahu), melajunya ibarat taat, dan pantainya adalah akhirat.
Ada tiga nasehat dalam ungkapan nasehat Luqmanul Hakim di atas.
Pertama, Addunya bahrun 'amiiqun (dunia itu ibarat laut yang dalam). Ketika dunia digambarkan oleh Luqmanul Hakim sebagai laut yang dalam, maka imaginasi kita bisa menerawang bahwa lautan itu sangat luas, 80% dunia ini dikelilingi air luat. Laut memiliki gelombang pasang yang besar, jika siang hari terik panasnya luar biasa, jika malam hari gelapnya tidak terkira. Isi dalamnya terkandung banyak sekali kakayaan: Emas, perak, minyak, ikan, rumput laut, sarana penghubung antar bangsa, dan masih banyak lagi. Laut yang dalam memliki ciri berbahaya gelombangnya besar, jika ditelan di dalamnya, sulit untuk keluar. Singkatnya, hidup di dunia bagaikan lautan. Lautan itu luas, gelombangnya besar anginnya cukup kencang. Ketika kita berada di tengah lautan, suka atau tidak suka, pasti di terjang gelombang dan angin.


Kedua, wal-iimaanu assafinatu. Iman laksana kapal. Buat apa laut dengan begitu besar bahaya mengancamnya pun sangat besar. Bersyukur Allah subhanahu wata'ala dengan maha Kasih, disediakan kapal laut sehingga ia bisa naik di dalamnya dan mampu menghindari manusia dari ganasnya gelombang laut. Siapakh penumpang laut dalam tamsil ini. Tentu orang yang mendapat petunjuk. Mereka bisa menaiki kapal. Tapi mereka yang tidak mendapat taufik dan hidayah Allah mereka tidak akan pernah naik perahu/kapal. Maka sudah pasti ia akan terapung-apung di lautan yang dalam gelap dan gulita, tidak menentu dan tidak punya arah. Hanya ada resah dan gelisah. Kapal/perahu digambarkan oleh Luqmanul Hakim sebagai iman. Orang yang beriman artinya, ia memiliki kapal sehingga tidak selamanya, terapung di lautan yang penuh bahaya.


Ketiga, wal milahu atto'atu. Melajunya adalah Taat. Buat apa ada kapal/perahu jika ia tidak bisa bergerak atau melaju. Karenanya, kapal bisa bergerak karena ada taat. Semakin taat, berarti gerakan kapalnya semakin kencang. Semakin lambat berarti sebaliknya. Gerakan kapal menggunakan energi solar atau sejenisnya. Maka taat dalam tamsil Luqmanul Hakim adalah alat untuk menggerakkan Iman. Boleh jadi, orang yang beriman tidak akan ada artinya jika tidak taat. Iblis adalah makhluq yang sanget mempercayai Allah sebagai Tuhan-nya, namun karena tidak taat satu kali perintah ketika disuruh mengormati Adam as ia tidak menurut dengan ucapan: "ana khoirum minu", saya lebih baik daripadanya. Karena kesombongannya kemudian ia menjadi makhluq yang tidak bisa melaju.

Bila energi taat itu tersedia, maka perahunya bisa bergerak dan melaju. Tentu saja, melajunya perahu karena di tengah-tengah lautan ia akan menghadapi badai angin, badai gelombang. Kalau terjadi gelobamgn laut yang besar, maka system keseimbangan kapal mesti harus tersedia. Karamnya kapal KM Nusantara, menurut pakar perkapalan dari ITS disebabkan system keseimbangan kapalnya tidak berfungsi sehingga tidak bisa menormalisasi keadaan. Dalam tamsil Luqmanul Hakim pun hukum keseimbangan pasti ada. Karena bergeraknya kapal, sesuai hukum fisika, berbanding lurus dengan daya hambatan yang dilaluinya, efeknya adalah ia akan terombang ambing jika ada gelombang dan seluruh isi dalam kapal akan mengikuti naik-turunnya kapal yang mengalami goncangan. Gambaran ini persis sama dengan kondisi iman yang ada dalam diri kita, kadang ia naik dan kadang turun karena pengaruh gelombang yang ada dalam siklus keduniaan. Al Imanu yaziidu wamanqus.

Kapal Perlu Penyeimbang
Bagaimana jika keseimbangan itu tidak ada, niscaya kapal yang tengah diterpa gelombang akan tenggelam. Orang yang ada di dalam kapal yang tengah melaju cepat kapalnya pasti begerak dan penumpang yang ada di dalamnya akan mencari pegangan jika terjadi goyangan. Jika ia temukan kursi, maka jadilah kursi sebagai pegangan, Jika Seandainya yang terdekat itu orang, maka main sambar saja orang yang dekat itu tersebut sebagai pegangan demi untuk keselamatan kita agar jangan sampai tersungkur.

Demikian pula dalam gambaran iman kita sehari-hari, apa saja yang terdekat, itulah yang akan menjadi pegangan kita. Sebab jika iman semakin taat, maka semakin gencar riak gelombangnya. Kare­na itulah berpegangan merupakan sebuah tuntutan dan yang dijadikan pegangan tergantung keseharian kita: jika kita berpegang kepada laa ilaaha illallaah, tentu terjadi apapun itulah pegangan kita, jika kita sehari-hari berpegangan dengan shalat, maka sha­lat­lah sebagai pegangannya. Sean­­dainya kita berpegangan kepada ulama maka kitapun akan berpegangan dengan mere­ka. Tidak salah jika Nabi saw bersabda:

العلماء هم ورثة الأنبياء لم يرثوا دينارا ولا درهما وإنما ورثوا العلم
Artinya: Ulama adalah pewaris para nabi. Para nabi tidak mewarisi dinar dan dirham melainkan ilmu.

Mengaapa kita mesti mengikuti ulama. Jawabnya akrena ayat-ayat Al quran tidak dimengerti artinya demikian juga hadits. Karena yang mengerti adalah ulama maka tidak ada jalan lain kecuali mengikuti perintah rasul, dekatilah ulama!
من استخف بالعــلماء خسر الدين
”Barang siapa yang menganggap enteng para ulama. Maka rugilah agamanya.”
Ulama dengan berbagai derivasinya, ada yang berpendapat bukan saja ahli dalam bidang keagamaan. Mereka juga adalah yang bisa memahami alam dengan berbagai hukum-hukumnya dan ahli dalam bidang keagamaan. Orang yang ahli ekonomi, kemudian ia sendiri begitu takut dan taat kepada Allah, dan ia prihatin untuk memperhatikan dunia sekelilingnya, misalnya, karena banyak umat Islam yang terpuruk ekonominya, maka tergeraklah dengan ilmunya dan nilai ketaatannya, membuat analisa, membuat hipotesa, melaksanakan penelitian, dan melahirkan teori, lalau mempraktekkan teori itu untuk membuat solusi kemiskinan. Ia adalah ulama! Contohnya adalah Dr. Muhammad Yunus, peraih nobel perdamaian tahun ini, seorang ulama Islam ekonom dari Bangladesh dengan Grameen Banknya, seperti yang diberitakan dalam situs ini oleh M. Noor, Ketua NU cabang London. M. Yunus katanya, berhasil mengangkat derajat kaum miskin menjadi naik stratifikasi sosialnya. Sehingga pengemis di Bangladesh sudah ribuan yang diselamatkan dari tangan ulama ekonom ini.
Keempat, assakhirotu ath-Tho'atu. Pelabuhannya (pantainya) adalah akhirat. Perjalaan perahu terus bergerak menuju pan­tai akherat. Itulah akhir perjalanan manusia. Setelah diantar melintasi gelombang dunia, dan tenaga taat menggerakkan kapal maka akhir perjalanan kapal ini mengantar manusia ke akherat. Itulah tujuan hijrah akhir dari manusia. Dengan kapal produk Luqmanul Hakim Insya Allah dapat selamat hingga akhirat, namun jika produk kapal itu dari "ITS" (insan tak sembahyang) pasti meragukan pruduk-produknya. Karena itulah gunakan produk pesantren karena Insya Allah pembuatnya, banyak kyainya, lulusan "ITB" (insan taat beragama).
Akhirat itu Jauh
Dalam berhijrah, jarak antara dunia menuju akhirat sangat jaraknya. Demikian pula perjalanan sejarah manusiapun masih cukup panjang. Sebelum kiamat datang, sejarah tetap akan mencatat perjalanan manusia. Karenanya, sejarah manusia itu sangat antik dan aneh. Sebelum lahir sudah mempunyai sejarah, setelah lahir di dunia memliiki sejarah di alam kuburpun masih mempunyai sejarah. Karena itulah perjalanan yang jauh ini membutuhkan bekal. Kapal yang tengah melaju pasti membutuhkan perawatan dan dan renovasi jangan terus menerus digunakan.
Maka, Rasululalh saw memberikan resep bekal yang sangat ampuh bagi perjalanan hijrah manusia. Misalnya saat Rasulullah saw bersabda kepada Abi Dzar: "Wahai Abi dzar perbaharuilah perahu karena sesungguhnya lautan itu sangat jauh", (Jaddidissafiinah, fainnal bahra amiq) artinya menuju akherat itu sangat jauh. Boleh jadi salah satu hikmah pesan Rasul adalah, perbaharui niat kita, karena segala ucapan harus karena Allah. Ber­pikir dan bertindak akan mempunyai ukur­an niat kita tadi. Sebab, jangan sampai merugi tidak berpahala dalam setiap tindakan dan ucapan.
Pesan berikutnya kepada Abi Dzar: "Ambillah bakal yang cukup karena se­sung­guhnya perjalanan itu cukup jauh. Bekal terbaik seperti firman Allah swt:
وتزودوا فإن خيرالزاد التقوى. واتقون يآأولى الألباب
Berbekallah, dan Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertak­walah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal. (Al Baqarah: 197)


Jika tidak memiliki bekal nisacaya akan menyesal nanti. Sebagaimana dalam sebuah syair arab dari Al A’masy dalam kitab Tafsir Al Qurthubi.. (bahar kamil seperti lagu Ala laa tanalull 'ilm):

إذا أنت لم ترحل بزاد من التقى * ولاقيت بعد الموت من قد تزودا
ندمت علــى ألا تكـــون كـمثله * وأنك لم ترصد كما كان أرصدا
"Jika anda melakukan perjalanan tanpa bekal takwa, niscaya setelah mati ketika bertemu dengan orang yang betul-betul penuh dengan muatan bekal, perasaanmu sungguh menyesal karena engkau tidak seperti dia. Sayangkan sekali engkau tidak menempuh jalan serperti dia.” (catatan: mohon diperbaiki arti kalimat. Terjemahan ini bebas, karenanya jangan dikutip mentah. pen)
Iman terus bergerak menuju pantai. Untuk pergi ke pantai jangan sampai terapung-apung tidak menentu. Lautan digambarkan tadi oleh Luqman hakim sebagai dunia. Dunia ini termasuk cip­taan Allah yang selalu berputar ada duka ada suka; Ada cukup rizki dan ada yang kekurangan; ada sehat ada sakit; Ada senang ada sengsara itulah dunia. Se­mua­nya merupakan alat untuk mengetes iman kita. Jika kita tangguh dengan keimanan, maka tidak akan tergoyahkan dengan cobaan-cobaan di dunia ini bagaimanapun dahsyatnya.
Itulah resep perjalanan hijrah menggunakan kapal ala pesantren yang diciptakan oleh Luqmanul Hakim semoga hijrah tahun ini membawa kebaikan bagi semua. Dari pesantren yang kita cinta, dari kyai, santri dan para alumni, untuk kemaslahatan bangsa dan negara. Amin. Wallahu a'lam (MK)

No comments: